Efek Blog

Rabu, 18 Desember 2013

cerpen



assalamu'alaikum wr,wb
selamat datang di blog ENDI DESWANTO SMANSA TUJA..ini pertama aku bikin blog loe..jadi kalo blum bgus komen ya.....
 
SAYANGI AKU, MAMA, PAPA....
Karya: Shinta Purnama Sari (XII IPA 1)
Malam yang sejuk mengiringi kesepianku. Menemaniku yang tengah sendiri menatap indhnya bumi,, sebagai teman setia dikesendirianku dalam ketidak adilan ini
“ Oh Tuha kapan semua ini akan berubah?” tanyaku dalam pengharapan.
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk dengan cukup pelan.
“ Maaf non waktunya makan malam, yang lain sudah berkumpul di bawah”.
“ oke bi Cheryl juga sudah lapar.” Candaku
Bi Imah adalah orang yang sudah merawatku sejak lahir. Bagiku beliau sudah seperti ibu kandungku. Di rumahku hanya Bi Imah yang peduli padaku, disaat aku sakit hanya dia yang repot mencarikan obat untukku, hanya Ia yang tau betapa sedihnya aku disaat nilai raportku jauh dari nilai kak Vina.hanya dia yang tahu betapa aku ingin seperti kakakku.

“ Wah ada ayam bakar nih, hemm maknyus. Ucapku sambil duduk dikursi favoritku
“ Dasar tidak sopan”. Sindir Ayah
“ Cheryl husst”.
“ Iya Cheryl seharusnya kamu bisa lebih sopan, contoh perilaku kakakmu”. Ujar Ibu
“ Oke aku pergi”. Jawabku dengan sinis
Akupun bergegas naik menuju ke kamarku tanpa memakan sesuatu disana. Padahal sebenarnya maagku kambuh, dan rasanya sangat perih. Tapi lebih perih  lagi disaat aku tak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang yang aku sayangi.

Waktu sekan berjalan lebih cepat, kini saatnya pembagian hasil belajar siswa. Kebetulan aku dan kakakku beda sekolah. Kalau kak Vina sengaja papa sekolahkan di sekolah terfavorit di Bandung, sedangkan aku bersekolah di SMA yang di dalamnya hanyalah siswa buangan dari sekolah lain yang tidak menerima kami.
“ Pa ambilin raport Cheryl ya.” Pintaku
“ Maaf papa sibuk karena banyak pekerjaan di kantor.”
“ Mama ambilin raport Cheryl ya.” Pintaku lagi pada Mama
“ Mama sudah janji pada kak Vina untuk mengambilkan raportnya sekaligus pertemuan orang tua siswa.”
“ Oh gitu ya.” Balasku dengan kecewa
Aku hanya bisa menangis sendirian di dalam kamar. Tidak ada satu orangpun yang mau mengambilkan raportku. Jalan terkhir adalah Bi Imah dan tentu dia mau mengambilkannya dengan senang hati.
“ Gimana Bi hasilnya”. Tanyaku dengan penasaran
“ Non juara !, selamat ya Non.” Ucap Bi Imah dengan semangat
Akhitnya perjuanganku tak sia-sia, akhirnya aku bisa menyamai prestasi kak Vina.

Setibanya di rumah semua orang sedang tertawa ria melihat hasil belajar kak Vina. Namun mereka menjadi terdiam disaat kedatanganku dengan Bi Imah
“ Gimana hasilnya Cher? Pasti jelek.” Ledek kak Vina
“ Gak, kok aku juara satu.” Jawabku dengan penuh semangat
“ Ah juara satu di sekolahmu pasti juara terakhir di kelas kak Vina.” Ledek Ayah
Aku kecewa, benar-benar kecewa karena semua prestasi yang kuraih tak dihargai sama sekali. Dengan kecewa aku berlari menuju kamarku. Kuratapi semua ketidakadilan ini. Aku tidak keluar kamar selama dua hari, ternyata tidak ada yang peduli. Semua orang di rumah hanya peduli pada pekerjannya masing-masing.terkecuali Bi Imah yang hampir tiap jam membujukku untuk keluar. Maagku kambuh, rasanya teramat perih dari biasanya. Semua sakit hatiku kupendam demi untuk berlatih empersiapkan pertandingan karateku.
Akhirnya, hari yang telah lama kunantikan tiba juga. Hari ini pertandingan karateku akan berlangsung. Namun sayang, semua orang yang kusayangi tak ada yang mau hadir. Semuanya memilih dilomba kak Vina, olimpiade sains. Walau sedikit kecewa akan kubuktikan aku adalah Cheryl yang hebat. Keinginanku terwujud, aku menang dan meraih juara 1 dipertandingan karate nasioal yang dadakan di Bandung.
Setibanya dirumah, kuletakkan foto keberhasilnku di ruang tamu, namun setelah kedatangan kak Vina dan yang lain kulihat kemurungan disana. Setelah melihat foto keberhasilanku, kak Vina malah berlari ke kamar sambil menangis.
“ Kamu sengaja meledek Vina.” Tanya Papa dengan sinis
“ Gak pa! Maksud Papa apa sih?”
“ Vina kalah, sedangkan kamu menyombongkan diri dengan memajang foto keberhasilanmu diruangan ini. Kamu tahu kan di ruangan ini hanya foto-foto keberhasiilan Vina yang boleh menempatinya..” jawab Papa yang membuatku sangat kecewa
“ Lepas fotomu.” Ucap Mama dengan ketus
Kulepas foto yang sangat aku harapkan menjadi penghubung agar keluargaku menyanjungku. Sebuah harapan yang selama ini sangat kuinginkan. Karena aku selalu iri setiap kak Vin dipuji dan disanjung oleh mama dan papa. Sekarang pertanyaan terbesarku adalah,
“ Apakah aku anak kandungmu Ma? Pa?”
Pertanyaan yang tak pernah terjawab oleh lisan, namun terjawab oleh perbuatan mereka padaku. Seorang anak yang selalu tersingkirkan oleh ketidakadilan.

Hari demi hari terus berganti, dan semenjak itu pula kak Vina menjadi seseorang yang terpuruk. Aku bisa merasakan perasaannya yang tertekan saat dia kalah dalam olimpiade. Yang kuthu kakakku ini terlihat lemah dari biasanya.
“ Udahlah kak, gak ada gunanya ditangisi terus.” Ucapku
“ udahllah Cher, kamu seneng kan melihat aku kayak gini? Udahlah pergi kamu dari sini, pergi...” ucapanya terpotog katena akhirnya ia terjatuh tepat di depanku.
“ Pa, Ma tolong, kak Via pingsan/”
“ Apa? Kamu apakan dia?” tanya papa sinis
“ Aku, aku gak ngapa-ngapain pa.”
“ Pasti penyakitnya kambuh lagi pa, ayo kita cepat bawa ke rumah sakit.” Ucap Mama
Aku takut kehilangan kakak yang sangat aku sayangi. Dokter bilang bahwa ginjalnya sudah benar-benar rusak. Yang aku tahu kini ginjalnya tinggal satu setelah satu tahun lalu satu ginjalnya sudah diangkat.
“ Begini pak, setelah dilakukan pemeriksaan ternyata ginjal Cheryl yang paling cocok untuk Vina. Jadi usahakan secepat mungkin dilakukan pencangkokan ginjal pak.”
Setelah itu, aku menjadi sasaran semua orang yang menyayangi kak Vina. Semua memintaku mendonorkan satu ginjalku untuknya. Tapi aku tak mau ada yang tau, karena aku tak mau semua orang berubah bersimpati padaku karena aku mendonorkan satu ginjalku untuknya. Lalu aku putuskan untuk pulang ke rumah dn menceritakannya pada Bi Imah.
“ Bagaimana Non keadaan Non Vina.”
“ Keadaan ginjal kak Vina semakin buruk, dan semua orang mendesakku untuk mendonorkan ginjalku. Lerena ginjalku paling cocok diantara semua keluarga.”
“ Kasian sekali non Cheryl, semenjak kejadian itu non kehilangan kasih sayang. Dan saat ini non juga harus kehilangan satu ginjal non.”
“ kejadian apa bi? Tolong ceritakan semua padaku.”
“dulu ketika non berusia 5 tahun ada sebuah kecelakaan non, non tahu kakak non yang bernama Arif. Tuan Arif adalah anak laki satu-satunya yang sangat disayang olh Bapak, namun ketika kalian sekeluarga berlibur ternyata kejadian tidak diinginkan terjadi. Non terseret ombak pntai, lalu tuan Arif berusaha menolong, namun malah tuan Arif tenggelam dan ditemukan sudah meninggal. Semenjak itu Bapak dan Ibu sangat terpukul dan sangat membenci non, karena mereka menganggap non adalah penyebab segalanya.”
Air matapun mengalir, aku menangis ternyata inilah jawaban dari segalanya. Aku tau sekarang mengapa papa dan mama tidak pernah menyayangiku.
“ Baiklah Bi, terimakasih atas semua informasi yang bibi berikan. Sekarang akupun akan melakukan hal yang sama pada kak Vina. Aku aka merelakan ginjalku untuknya, bahkan nyawaku sekalipun.

Di rumah sakit semua sedang mengkhawatirkan kondisi kak Vina.
“ Ah sudahlah Cheryl kamu memang saudara yang kejam. Hanya untuk mendonorkan satu ginjalmu saja kamu tidak mau. Untung ad orang yng baik hati yang mau menyumbangkan ginjalnya untuk Vina.” Ucap Papa
“ Mama kecewa sama kamu Cheryl. Tega ya kamu pada kakak kamu sendiri”.
“ Entahlah siapa orang yang mau menyumbangkan ginjalnya, bahkan secara gratis. Sungguh dia berhati malaikat”. Ucap Papa
“ Andaikan kalian tahu kalau itu aku, apakah aku akan diberi penghargaan seperti ini dari Papa?” gumamku dalam hati

Beberapa jam sebelum operasi aku menuliskan sebuah surat untuk semua orang yang aku sayangi. Entahlah aku merasa akan meninggalkan mereka semua. Rasanya aku sudah sangat lelah dengan hidupku sendiri. Setelah selesai menulis, surat ini kutitipkan kepada Bi Imah. Aku berangkat menuju rumah sakit untuk operasi.
Ruang operasi ini terasa begitu menakutkan. Badanku gemetar, kakiku terasa dingin dan ruangan ini terasa begitu mencekam. Hingga akhirnya kurasakan semuanya gelap.





Seminggu kemudian...
“ Akhirnya kamu bisa pulang ke rumah juga ya sayang. Mama khawatir banget sama kamu sejak kamu dioperasi. Untung ada pendonor itu.”
“ Happy Birth Day putri papa yang cantik.”
“ Terimakasih ya semuanya. Aku senang banget, o iya Cheryl mana?”
“ Iya ya, mana dia Bi?” tanya ibunya pada Bi Imah
“ Sebentar nyonya.” Jawab Bi Imah sambil berlari ke kamar. Dan beberrapa menit kemudian sudah kembali dengan menbawa sepucuk surat
untuk semua orang yang Cheryl sayangi”
Mungkin saat kalian baca surat ini, Cheryl gak ada lagi disini. Cheryl udah pergi ketempat yang sangat jauh. O iya gimana kabar kak Vina, gak sakit lagi kan? Semoga ginjalku dapat membantumu untuk meraih semua impianmu yang belum terwujud.
Teruntuk Mama yang sangat sangat aku rindukan. Ma, Cheryl pasti akan sangat ridu dengan boneka Teddy Bear yang Mama berikan sepuluh tahun yang lalu. Ma, Cheryl kangen banget pelukan mama. Cheryl selalu iri saat mama mencium kak Vina setiap akan tidur, Cheryl juga iri dengan semua perhatian yang mama berikan untuk kak Vina.
Teruntuk Papa yang sangat aku rindukan. Pa, Cheyl mau minta maaf jiaka Cheryl selalu membuat papa marah. Cheryl juga minta maaf, karena telah membuat papa kehilangan anak yang sangat papa harapkan dan papa sayangi. Jika Cheryl bisa memutar waktu, mungkin lebih baik Cheryl yang mati tenggelam karena tidak akan ada yang merasa sedih jika Cheryl lah yang mati.
Teruntuk kak Vina. Gimana kak, gak ada lagikan yang ganggu kakak belajar? Pasti rumah kita tenanga ya, gak ada lagi yang buat kakak malu karenaa sudara yang bodoh bukan? O iya SELAMAT ULANG TAHUN YA KAK selamat menjalani kehidupan kakak yang mungkin takkan pernah aku rasakan. Kalian semua harus tahu, betapa aku SANGAT MENYAYANGI KALIAN. Mungkin dengan kepergianku semua akan menjadi tenang. Cheryl harap tak ada lagi yang merasa dikucilkan seperti Cheryl. Yang selalu menangis setiap malam, yang selalu merindukan hangatnya kekeluargaan,. Mungkin dengan kepergian ini aku akan tahu bagaimana kalian mengenangku, seperti aku yang selalu mengenang kalian dalam tangisan. SEMOGA KALIAN SEMUA BAHAGIA TANPA CHERYL, AMIN.
“ Salam rindu penuh tangis Cheryl Alderaya Zivanna.

Namun tiba-tiba telvon rumah berbunyi..
“ Iya, saya Hermawan. Ada apa? Tanya papa dengan penasaran
Dan sesaat kemudin papanya menangis dan segera mengajak semua ke rumah sakit. Namun mereka terlambat, Cheryl telah pegi untuk selama-lamanya. Meniggalkan berjuta penyesalan dalam setiap tangis yang jatuh. Kini dia telah tenang dan jauh dari ketidakadilan selama hidupnya. Walau air mata tengah menangisi yang telah pergi untuk selama-lamanya.


UNSUR INTRINSIK
a.      Tema              : pengorbanan
b.      Alur                : maju
c.       Latar              : di rumah, rumah sakit. Suasananya; gembira dan sedih.
d.      Tokoh             : 1. Papa   : antagonis                                                                                      2. Mama : antagonis                                                                                  3. Vina   : antagonis                                                                                      4. Cheryl: protagonis                                                                                    5. Bi Imah: protagonis
e.       Penokohan     : Papa                                                                                                               Mama                                                                                                             Vina                                                                                                                Cheryl                                                                                                            Bi Imah  
f.        Amanat         : jangan menilai orang hanya dari kecerdasan saja karena,                      setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Dan                             jangan menyalahkan orang terhadap apapun yang terjadi                karena itu sudah men jadi kehendak Tuhan.
UNSUR EKSTRINSIK
1.      Nilai-nilai yang terkandung:
a.      Nilai agama    : yakinlah bahwa semua yang terjadi adalah                                   kehendak Tuhan, jadi jangan menyalahkan orang                  terhadap takdir yang terjadi.
b.      Nilai Moral     : sebagai orang tua tidak boleh plih kasih dalam                             menyayangi anak-anaknya.



SAYANGI AKU, MAMA, PAPA....
Karya: Shinta Purnama Sari (XII IPA 1)
Malam yang sejuk mengiringi kesepianku. Menemaniku yang tengah sendiri menatap indhnya bumi,, sebagai teman setia dikesendirianku dalam ketidak adilan ini
“ Oh Tuha kapan semua ini akan berubah?” tanyaku dalam pengharapan.
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk dengan cukup pelan.
“ Maaf non waktunya makan malam, yang lain sudah berkumpul di bawah”.
“ oke bi Cheryl juga sudah lapar.” Candaku
Bi Imah adalah orang yang sudah merawatku sejak lahir. Bagiku beliau sudah seperti ibu kandungku. Di rumahku hanya Bi Imah yang peduli padaku, disaat aku sakit hanya dia yang repot mencarikan obat untukku, hanya Ia yang tau betapa sedihnya aku disaat nilai raportku jauh dari nilai kak Vina.hanya dia yang tahu betapa aku ingin seperti kakakku.

“ Wah ada ayam bakar nih, hemm maknyus. Ucapku sambil duduk dikursi favoritku
“ Dasar tidak sopan”. Sindir Ayah
“ Cheryl husst”.
“ Iya Cheryl seharusnya kamu bisa lebih sopan, contoh perilaku kakakmu”. Ujar Ibu
“ Oke aku pergi”. Jawabku dengan sinis
Akupun bergegas naik menuju ke kamarku tanpa memakan sesuatu disana. Padahal sebenarnya maagku kambuh, dan rasanya sangat perih. Tapi lebih perih  lagi disaat aku tak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang yang aku sayangi.

Waktu sekan berjalan lebih cepat, kini saatnya pembagian hasil belajar siswa. Kebetulan aku dan kakakku beda sekolah. Kalau kak Vina sengaja papa sekolahkan di sekolah terfavorit di Bandung, sedangkan aku bersekolah di SMA yang di dalamnya hanyalah siswa buangan dari sekolah lain yang tidak menerima kami.
“ Pa ambilin raport Cheryl ya.” Pintaku
“ Maaf papa sibuk karena banyak pekerjaan di kantor.”
“ Mama ambilin raport Cheryl ya.” Pintaku lagi pada Mama
“ Mama sudah janji pada kak Vina untuk mengambilkan raportnya sekaligus pertemuan orang tua siswa.”
“ Oh gitu ya.” Balasku dengan kecewa
Aku hanya bisa menangis sendirian di dalam kamar. Tidak ada satu orangpun yang mau mengambilkan raportku. Jalan terkhir adalah Bi Imah dan tentu dia mau mengambilkannya dengan senang hati.
“ Gimana Bi hasilnya”. Tanyaku dengan penasaran
“ Non juara !, selamat ya Non.” Ucap Bi Imah dengan semangat
Akhitnya perjuanganku tak sia-sia, akhirnya aku bisa menyamai prestasi kak Vina.

Setibanya di rumah semua orang sedang tertawa ria melihat hasil belajar kak Vina. Namun mereka menjadi terdiam disaat kedatanganku dengan Bi Imah
“ Gimana hasilnya Cher? Pasti jelek.” Ledek kak Vina
“ Gak, kok aku juara satu.” Jawabku dengan penuh semangat
“ Ah juara satu di sekolahmu pasti juara terakhir di kelas kak Vina.” Ledek Ayah
Aku kecewa, benar-benar kecewa karena semua prestasi yang kuraih tak dihargai sama sekali. Dengan kecewa aku berlari menuju kamarku. Kuratapi semua ketidakadilan ini. Aku tidak keluar kamar selama dua hari, ternyata tidak ada yang peduli. Semua orang di rumah hanya peduli pada pekerjannya masing-masing.terkecuali Bi Imah yang hampir tiap jam membujukku untuk keluar. Maagku kambuh, rasanya teramat perih dari biasanya. Semua sakit hatiku kupendam demi untuk berlatih empersiapkan pertandingan karateku.
Akhirnya, hari yang telah lama kunantikan tiba juga. Hari ini pertandingan karateku akan berlangsung. Namun sayang, semua orang yang kusayangi tak ada yang mau hadir. Semuanya memilih dilomba kak Vina, olimpiade sains. Walau sedikit kecewa akan kubuktikan aku adalah Cheryl yang hebat. Keinginanku terwujud, aku menang dan meraih juara 1 dipertandingan karate nasioal yang dadakan di Bandung.
Setibanya dirumah, kuletakkan foto keberhasilnku di ruang tamu, namun setelah kedatangan kak Vina dan yang lain kulihat kemurungan disana. Setelah melihat foto keberhasilanku, kak Vina malah berlari ke kamar sambil menangis.
“ Kamu sengaja meledek Vina.” Tanya Papa dengan sinis
“ Gak pa! Maksud Papa apa sih?”
“ Vina kalah, sedangkan kamu menyombongkan diri dengan memajang foto keberhasilanmu diruangan ini. Kamu tahu kan di ruangan ini hanya foto-foto keberhasiilan Vina yang boleh menempatinya..” jawab Papa yang membuatku sangat kecewa
“ Lepas fotomu.” Ucap Mama dengan ketus
Kulepas foto yang sangat aku harapkan menjadi penghubung agar keluargaku menyanjungku. Sebuah harapan yang selama ini sangat kuinginkan. Karena aku selalu iri setiap kak Vin dipuji dan disanjung oleh mama dan papa. Sekarang pertanyaan terbesarku adalah,
“ Apakah aku anak kandungmu Ma? Pa?”
Pertanyaan yang tak pernah terjawab oleh lisan, namun terjawab oleh perbuatan mereka padaku. Seorang anak yang selalu tersingkirkan oleh ketidakadilan.

Hari demi hari terus berganti, dan semenjak itu pula kak Vina menjadi seseorang yang terpuruk. Aku bisa merasakan perasaannya yang tertekan saat dia kalah dalam olimpiade. Yang kuthu kakakku ini terlihat lemah dari biasanya.
“ Udahlah kak, gak ada gunanya ditangisi terus.” Ucapku
“ udahllah Cher, kamu seneng kan melihat aku kayak gini? Udahlah pergi kamu dari sini, pergi...” ucapanya terpotog katena akhirnya ia terjatuh tepat di depanku.
“ Pa, Ma tolong, kak Via pingsan/”
“ Apa? Kamu apakan dia?” tanya papa sinis
“ Aku, aku gak ngapa-ngapain pa.”
“ Pasti penyakitnya kambuh lagi pa, ayo kita cepat bawa ke rumah sakit.” Ucap Mama
Aku takut kehilangan kakak yang sangat aku sayangi. Dokter bilang bahwa ginjalnya sudah benar-benar rusak. Yang aku tahu kini ginjalnya tinggal satu setelah satu tahun lalu satu ginjalnya sudah diangkat.
“ Begini pak, setelah dilakukan pemeriksaan ternyata ginjal Cheryl yang paling cocok untuk Vina. Jadi usahakan secepat mungkin dilakukan pencangkokan ginjal pak.”
Setelah itu, aku menjadi sasaran semua orang yang menyayangi kak Vina. Semua memintaku mendonorkan satu ginjalku untuknya. Tapi aku tak mau ada yang tau, karena aku tak mau semua orang berubah bersimpati padaku karena aku mendonorkan satu ginjalku untuknya. Lalu aku putuskan untuk pulang ke rumah dn menceritakannya pada Bi Imah.
“ Bagaimana Non keadaan Non Vina.”
“ Keadaan ginjal kak Vina semakin buruk, dan semua orang mendesakku untuk mendonorkan ginjalku. Lerena ginjalku paling cocok diantara semua keluarga.”
“ Kasian sekali non Cheryl, semenjak kejadian itu non kehilangan kasih sayang. Dan saat ini non juga harus kehilangan satu ginjal non.”
“ kejadian apa bi? Tolong ceritakan semua padaku.”
“dulu ketika non berusia 5 tahun ada sebuah kecelakaan non, non tahu kakak non yang bernama Arif. Tuan Arif adalah anak laki satu-satunya yang sangat disayang olh Bapak, namun ketika kalian sekeluarga berlibur ternyata kejadian tidak diinginkan terjadi. Non terseret ombak pntai, lalu tuan Arif berusaha menolong, namun malah tuan Arif tenggelam dan ditemukan sudah meninggal. Semenjak itu Bapak dan Ibu sangat terpukul dan sangat membenci non, karena mereka menganggap non adalah penyebab segalanya.”
Air matapun mengalir, aku menangis ternyata inilah jawaban dari segalanya. Aku tau sekarang mengapa papa dan mama tidak pernah menyayangiku.
“ Baiklah Bi, terimakasih atas semua informasi yang bibi berikan. Sekarang akupun akan melakukan hal yang sama pada kak Vina. Aku aka merelakan ginjalku untuknya, bahkan nyawaku sekalipun.

Di rumah sakit semua sedang mengkhawatirkan kondisi kak Vina.
“ Ah sudahlah Cheryl kamu memang saudara yang kejam. Hanya untuk mendonorkan satu ginjalmu saja kamu tidak mau. Untung ad orang yng baik hati yang mau menyumbangkan ginjalnya untuk Vina.” Ucap Papa
“ Mama kecewa sama kamu Cheryl. Tega ya kamu pada kakak kamu sendiri”.
“ Entahlah siapa orang yang mau menyumbangkan ginjalnya, bahkan secara gratis. Sungguh dia berhati malaikat”. Ucap Papa
“ Andaikan kalian tahu kalau itu aku, apakah aku akan diberi penghargaan seperti ini dari Papa?” gumamku dalam hati

Beberapa jam sebelum operasi aku menuliskan sebuah surat untuk semua orang yang aku sayangi. Entahlah aku merasa akan meninggalkan mereka semua. Rasanya aku sudah sangat lelah dengan hidupku sendiri. Setelah selesai menulis, surat ini kutitipkan kepada Bi Imah. Aku berangkat menuju rumah sakit untuk operasi.
Ruang operasi ini terasa begitu menakutkan. Badanku gemetar, kakiku terasa dingin dan ruangan ini terasa begitu mencekam. Hingga akhirnya kurasakan semuanya gelap.





Seminggu kemudian...
“ Akhirnya kamu bisa pulang ke rumah juga ya sayang. Mama khawatir banget sama kamu sejak kamu dioperasi. Untung ada pendonor itu.”
“ Happy Birth Day putri papa yang cantik.”
“ Terimakasih ya semuanya. Aku senang banget, o iya Cheryl mana?”
“ Iya ya, mana dia Bi?” tanya ibunya pada Bi Imah
“ Sebentar nyonya.” Jawab Bi Imah sambil berlari ke kamar. Dan beberrapa menit kemudian sudah kembali dengan menbawa sepucuk surat
untuk semua orang yang Cheryl sayangi”
Mungkin saat kalian baca surat ini, Cheryl gak ada lagi disini. Cheryl udah pergi ketempat yang sangat jauh. O iya gimana kabar kak Vina, gak sakit lagi kan? Semoga ginjalku dapat membantumu untuk meraih semua impianmu yang belum terwujud.
Teruntuk Mama yang sangat sangat aku rindukan. Ma, Cheryl pasti akan sangat ridu dengan boneka Teddy Bear yang Mama berikan sepuluh tahun yang lalu. Ma, Cheryl kangen banget pelukan mama. Cheryl selalu iri saat mama mencium kak Vina setiap akan tidur, Cheryl juga iri dengan semua perhatian yang mama berikan untuk kak Vina.
Teruntuk Papa yang sangat aku rindukan. Pa, Cheyl mau minta maaf jiaka Cheryl selalu membuat papa marah. Cheryl juga minta maaf, karena telah membuat papa kehilangan anak yang sangat papa harapkan dan papa sayangi. Jika Cheryl bisa memutar waktu, mungkin lebih baik Cheryl yang mati tenggelam karena tidak akan ada yang merasa sedih jika Cheryl lah yang mati.
Teruntuk kak Vina. Gimana kak, gak ada lagikan yang ganggu kakak belajar? Pasti rumah kita tenanga ya, gak ada lagi yang buat kakak malu karenaa sudara yang bodoh bukan? O iya SELAMAT ULANG TAHUN YA KAK selamat menjalani kehidupan kakak yang mungkin takkan pernah aku rasakan. Kalian semua harus tahu, betapa aku SANGAT MENYAYANGI KALIAN. Mungkin dengan kepergianku semua akan menjadi tenang. Cheryl harap tak ada lagi yang merasa dikucilkan seperti Cheryl. Yang selalu menangis setiap malam, yang selalu merindukan hangatnya kekeluargaan,. Mungkin dengan kepergian ini aku akan tahu bagaimana kalian mengenangku, seperti aku yang selalu mengenang kalian dalam tangisan. SEMOGA KALIAN SEMUA BAHAGIA TANPA CHERYL, AMIN.
“ Salam rindu penuh tangis Cheryl Alderaya Zivanna.

Namun tiba-tiba telvon rumah berbunyi..
“ Iya, saya Hermawan. Ada apa? Tanya papa dengan penasaran
Dan sesaat kemudin papanya menangis dan segera mengajak semua ke rumah sakit. Namun mereka terlambat, Cheryl telah pegi untuk selama-lamanya. Meniggalkan berjuta penyesalan dalam setiap tangis yang jatuh. Kini dia telah tenang dan jauh dari ketidakadilan selama hidupnya. Walau air mata tengah menangisi yang telah pergi untuk selama-lamanya.


UNSUR INTRINSIK
a.      Tema              : pengorbanan
b.      Alur                : maju
c.       Latar              : di rumah, rumah sakit. Suasananya; gembira dan sedih.
d.      Tokoh             : 1. Papa   : antagonis                                                                                      2. Mama : antagonis                                                                                  3. Vina   : antagonis                                                                                      4. Cheryl: protagonis                                                                                    5. Bi Imah: protagonis
e.       Penokohan     : Papa                                                                                                               Mama                                                                                                             Vina                                                                                                                Cheryl                                                                                                            Bi Imah  
f.        Amanat         : jangan menilai orang hanya dari kecerdasan saja karena,                      setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Dan                             jangan menyalahkan orang terhadap apapun yang terjadi                karena itu sudah men jadi kehendak Tuhan.
UNSUR EKSTRINSIK
1.      Nilai-nilai yang terkandung:
a.      Nilai agama    : yakinlah bahwa semua yang terjadi adalah                                   kehendak Tuhan, jadi jangan menyalahkan orang                  terhadap takdir yang terjadi.
b.      Nilai Moral     : sebagai orang tua tidak boleh plih kasih dalam                             menyayangi anak-anaknya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar